Langsung ke konten utama

Kembali untuk Api

Rindu yang sepintas.
Pantaskah aku mengharapmu berkali-kali.
Untuk datang bersimbah dalam genggamku dengan abadi.
Mengupas kibaran luka yang masih tersumbat; oleh rasa berpayung yang tak menginjak tepi.
Meski akhirnya kau pun akan jadi ranting yang menepi.
Ke arah sama yang mempertemukanmu dengan api.
Hingga pohon dan daun tahu.
Kau aku pungut hanya untuk mengobati luka ini.

Heni Puji Anitasari
(Dikemas dalam ruang ajaib, 2018)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sihir Cemburu

Sakit... Di sudut mana aku tak tahu. Deskripsiku lenyap. Menguap entah ke mana. Lidah bagai diiris sembilu. Perih ketika akan berucap. Kaki pun seperti sebujur mayat, kaku. Tak bergerak meski sekadar berjinjit. Miskinlah aku akan rasa bahagia. Di saat yang terkasih mampirkan tawa mesra, pada gadis baru berparas pujangga. Heni Puji Anitasari (Dikemas saat SMA, 2017)

Doa

Terbukanya mulut berdebu. Melafal kalimat suci pada Tuhan yang dianggap semu. Memelas ampunan tanpa urat malu,  dengan mengangkat angkuh tangan bernafsu. Diiringi nada sumpah yang terkesan pilu. Desis-desis tangis mengalun tersedu-sedu, dengan bercak tangis yang terlantar nahas di sajadah beludru. Terkandunglah itu dengan ribuan sungguh. Tentang kaum yang ingin bersujud patuh. Heni Puji Anitasari (Dikemas saat SMA, 2017)